Kabupaten Tulungagung
"Tulungagung" beralih ke
halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Tulungagung, lihat Tulungagung (disambiguasi).
Kabupaten
Tulungagung adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Tulungagung
terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di
Indonesia, dan terletak terletak 154 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi
Jawa Timur.
Ada dua versi cerita
dalam penamaan nama Kabupaten Tulungagung.
Versi
pertama adalah nama "Tulungagung" dipercaya berasal dari kata
"Pitulungan Agung" (pertolongan yang agung). Nama ini berasal dari
peristiwa saat seorang pemuda dari Gunung Wilis bernama Joko
Baru mengeringkan sumber air di Ngrowo (Kabupaten Tulungagung tempo dulu)
dengan menyumbat semua sumber air tersebut dengan lidi dari sebuah pohon enau
atau aren. Joko Baru dikisahkan sebagai seorang pemuda yang dikutuk menjadi
ular oleh ayahnya, orang sekitar kerap menyebutnya dengan Baru Klinthing.
Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali menjadi manusia sejati, Joko Baru harus
mampu melingkarkan tubuhnya di Gunung Wilis. Namun, malang menimpanya karena
tubuhnya hanya kurang sejengkal untuk dapat benar-benar melingkar sempurna.
Alhasil Joko Baru menjulurkan lidahnya. Disaat yang bersamaan, ayah Joko Baru
memotong lidahnya. Secara ajaib, lidah tersebut berubah menjadi tombak sakti
yang hingga saat ini dipercaya "gaman" atau "senjata
sakti". Tombak ini masih disimpan dan dirawat hingga saat ini oleh
masyarakat sekitar.
Sedangkan,
versi kedua nama Tulungagung berasal dua kata, tulung dan agung, tulung artinya
sumber yang besar, sedangkan agung artinya besar. Dalam pengartian berbahasa Jawa tersebut,
Tulungagung adalah daerah yang memiliki sumber air yang besar. Sebelum
dibangunnya Bendungan Niyama di Tulungagung Selatan oleh pendudukan tentara
Jepang, di mana-mana di daerah Tulungagung hanya ada sumber air saja. Pada masa
lalu, karena terlalu banyaknya sumber air disana, setiap kawasan banyak yang
tergenang air, baik musim kemarau maupun musim penghujan.
Dugaan
yang paling kuat mengenai etimologi nama kabupaten ini adalah versi kedua,[butuh rujukan] penamaan nama ini dimulai ketika ibu
kota Tulungagung mulai pindah di tempat sekarang ini. Sebelumnya ibu kota
Tulungagung bertempat di daerah Kalangbret dan diberi nama Kadipaten Ngrowo
(Ngrowo juga berarti sumber air). Perpindahan ini terjadi sekitar 1901 Masehi.
Sejarah
Pada
tahun 1205 M, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan
penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada
Raja Kertajaya ketika terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan
tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra
Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M.
Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi
Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
Bupati Tulungagung dan para pengikutnya
(1880-1920)
Di
Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, terdapat Candi Gayatri. Candi ini
adalah tempat untuk mencandikan Gayatri
(Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa
Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja
(Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara),
raja yang memerintah Kerajaan
Majapahit di masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum
dalam Kitab Nagarakertagama
yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang =
penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan beliau. Berikut ini adalah kutipan
Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia:
Prajnyaparamitapuri
itulah nama candi makam yang dibangun
Arca Sri Padukapatni diberkati oleh Sang Pendeta Jnyanawidi
Telah lanjut usia, paham akan tantra, menghimpun ilmu agama
Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda
(Pupuh LXIX, Bait 1)
Arca Sri Padukapatni diberkati oleh Sang Pendeta Jnyanawidi
Telah lanjut usia, paham akan tantra, menghimpun ilmu agama
Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda
(Pupuh LXIX, Bait 1)
Di Bayalangu akan
dibangun pula candi makam Sri Rajapatni
Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkati tanahnya
Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja
Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun
(Pupuh LXIX, Bait 2)
Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkati tanahnya
Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja
Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun
(Pupuh LXIX, Bait 2)
Makam rani: Kamal Padak,
Segala, Simping
Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir
Bangunan baru Prajnyaparamitapuri
Di Bayalangu yang baru saja dibangun
(Pupuh LXXIV, Bait 1)
Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir
Bangunan baru Prajnyaparamitapuri
Di Bayalangu yang baru saja dibangun
(Pupuh LXXIV, Bait 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar